Laman

Rabu, 03 Oktober 2012

Best of the Best (Beauty and The Best #2) by Luna Torashyngu

Elite Zone - Best of The Best adalah seri pertamanya. Luna hanya sedikit mengungkit cinta di sini. Persahabatan, kisah tentang cheerleaders dan basket mewarnai seluruh halaman novel ini. Melalui Best of The Best, Luna seperti ingin membenarkan anggapan tentang cewek populer di sekolah, yaitu cewek yang cantik, punya body bagus, kaya, dan seorang anggota cheers; sementara gelar cowok populer tetap dipegang oleh cowok ganteng, keren, kaya, dan jago basket. Namun di sisi lain Luna juga ingin menegaskan bahwa cewek populer seperti di atas masih kalah populer dengan cewek luar biasa yang punya segalanya—termasuk otak cemerlang yang tak dimiliki cewek populer.


Bab pertama novel menceritakan tentang sistem komputer PT Dharma Bhakti yang terserang virus jenis baru yang sangat membahayakan bagi data-data di dalamnya. Seorang wanita yang mengaku sebagai pembuat virus itu menelepon dan meminta sejumlah uang sebagai tebusan. Jika uang itu tidak diserahkan paling lambat 24 jam ke depan, maka virus itu akan langsung merusak sistem komputer dan menghilangkan semua data di dalamnya. Belum tuntas penasaran kita akan siapa sebenarnya wanita itu, kita sudah dihadapkan pada problema remaja antara Reina Ardyana dan Tasha. Reina adalah murid terpandai di sekolahnya, tapi yang paling ditekankan di sini adalah kebenciannya terhadap anak-anak cheers dan anggapannya bahwa mereka cuma cewek cantik tak berotak (kebanyakan seperti ini jugalah anggapan kita).

Anggapan Reina ini makin didukung oleh tokoh Tasha, cewek terpopuler di sekolah dan anggota cheers yang sombong minta ampun, dan juga membenci Reina. Bersama gengnya, Linda dan Fifi, ia selalu mengerjai Reina. Sampai suatu saat muncul Muri, anak baru yang langsung menggeser posisi Tasha sebagai ratu sekolah karena ia lebih segalanya daripada Tasha. Muri yang ramah dan suka ngomong blak-blakan itu baik sekali pada Reina dan akhirnya mereka bersahabat. Muri juga yang membantu Reina agar klub KIR-nya bisa mengadakan semacam study tour di Papandayan bersama anak-anak cheers yang mengadakan gathering di sana juga. Sementara itu sistem komputer di berbagai instansi negara dan perusahaan di Indonesia mengalami kekacauan disebabkan oleh sebuah virus jenis baru yang belum diketahui cara membasminya.

Hal ini sepertinya ada kaitannya dengan sesuatu yang diduga Reina tengah berusaha ditutup-tutupi oleh Muri. Hingga akhir novel, hanya Tasha dan Danu yang tahu bahwa Muri adalah seorang hacker. Namun identitas Muri yang sebenarnya masih belum terungkap. Melalui Best of The Best, Luna telah sukses membuat kita penasaran sehingga akan terus membaca dan membaca sampai akhir halaman terakhir yang mencengangkan dan memaksa kita untuk tak sabar menanti novel kelanjutannya. Alur yang melompat-lompat membuat kita tak pernah bosan membaca novel ini. Selain itu Luna juga akan mengubah paradigma kita tentang ”cewek populer” seperti halnya Muri yang telah memorakporandakan paradigma Reina tentang anak cheers.

Luna sangat bijaksana dengan menghadirkan kisah seorang hacker dan peran teknologi informasi dalam novel ini, mengingat pembaca remaja sekarang umumnya lebih menyukai tulisan—dalam hal ini adalah novel—yang berbau teknologi. Di sisi lain, Luna terkesan setengah-setengah dalam memasukkan ”si teknologi informasi” dalam novelnya. Tidak seperti Clio Freya dalam karyanya, Eiffel, Tolong!, yang benar-benar berhasil menghidupkan suasana dunia modern dengan teknologi canggih sebagai objek utamanya. Tapi bisa dimaklumi, lantaran Eiffel, Tolong! memang sebuah novel petualangan berbumbu cinta dan persahabatan, sementara Best of The Best adalah teenlit berbumbu petualangan hacker. Terlepas dari semua itu, Luna tetap bisa memuaskan pembaca dan penggemarnya dengan bahasa gaul ”khas Luna” yang mudah dimengerti, tapi tidak terlalu slank, juga dengan plot yang melompat-lompat sampai terkadang membingungkan, meskipun kehadiran TI dalam novelnya terkesan dipaksakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar